Dan Allah menciptakan Kamu dari tanah kemudian dari air mani, kemudian Dia menjadikan Kamu berpasangan (laki-laki dan perempuan). (QS. Faathir : 11)
Mencintai adalah hak setiap orang. Dan sewajarnya sebagai manusia normal, apalagi menginjak usia dewasa, mengalami proses mencintai dan dicintai. Namun, cinta ibarat pisau bermata dua. Di satu sisi berdampak baik, di sisi lain membahayakan. Cinta dapat membuat orang bahagia, juga tidak sedikit yang menderita. Banyak pernikahan digelar karena jalinan cinta, juga banyak perpisahan karena cinta. Karena cinta pula manusia tetap eksis, juga karena cinta banyakk yanng meregang nyawa. Cinta itu bisa indah, tapi juga bisa sangat buruk dan berbahaya. Oleh karena itu, sejatinya ketika cinta bersemi, kamu bisa menjaga diri, terutama karena kamu sudah dewasa.
Mengapa kamu harus menjaga diri? Menurut sternberg, cinta itu dapat mengandung tiga komponen yaitu : (1) keintiman (intimacy), (2) gairah (passion) dan (3) komitmen.
Keintiman adalah elemen emosi, yang di dalamnya terdapat kehangatan, kepercayaan (trust) dan keinginan untuk membina hubungan. Ciri-cirinya antara lain seseorang akan merasa dekat dengan seseorang, senang bercakap-cakap dengannya sampai waktu yang lama, merasa rindu bila lama tidak bertemu, dan ada keinginan untuk bergandengan tangan atau saling merangkul bahu. Bagi remaja muslim, perilaku seperti itu pantang dilakukan kecuali melalui pernikahan. Oleh karena itulah kamu harus pandai menjaga diri.
Adapun gairah adalah elemen motivasi yang didasari oelh dorongan dari dalam diri yang bersifat seksual. Tak heran bila banyak remaja yang katanya sudah dewasa karena termotivasi oleh cinta untuk melakukan hubungan seksual. Apalagi, saat berduaan dalam masa pacaran, tidak ada yang menjaga dan memperhatikan, atau mahasiswa kost-kostan, jauh dari orang tua dan berada di tempat yang sangat bebas dan terbuka, maka hubungan intim diluar nikah berlangsung sangat mudah dan sering. Kamu tentu masih ingat survei-survei yang dilakukan di kalangan mahasiswa. Survei menunjukkan bahwa mereka sudah tebiasa berhubungan intim, jangankan dalam ikatan cinta, tanpa motivasi apapun, perbuatan itu tetap berlangsung.
Komponen cinta yang terakhir adalah komitmen. Komitmen merupakan elemen kognitif, berupa keputusan untuk secara sinambung dan tetap manjalankan suatu kehidupan bersama. Dalam islam, komitmen hidup bersama itu adalah pernikahan. Adapun di negara-negara yang menganut kebebasan, terutama negara-negara barat, hidup bersama tidak berarti hidup dalam pernikahan, tapi hidup bersama sebagai simbol kecocokan dalam masa pacaran. Adapun nikah, ya belakangan.
Semestinya pada seorang mukmin yang telah dewasa, bila faktor-faktor emosional dan sosial telah dinilai siap, maka hubungan cinta harus segera dilanjutkan dengan komitmen pernikahan. Dalam pernikahan, diharapkan ketiga komponen itu tetap hadir dan sama kuatnya.
0 comments:
Post a Comment